Sarainews.Com-Kupang,- Dosen Fakultas Pertanian Undana (Faperta Undana), Kembali melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masayarakat (PKM) di Kelompok Tani Sion Dusun Upan, Desa Oelbubuk, Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Tampak hadir Prof.Agnes V. Simamora; Dr. Mayavira V. Hahuly; Petronella S. Nenotek, SP., M.Si, Agustina Etin Nahas, SP., M.Si, Antonius Suban Hali, S.Si., M.Si, Mahasiswa dan sejumlah Alumni Faperta Undana
Ketua Pelaksana Prof.Agnes V. Simamora; menyatakan bahwa kegiatan ini dilakukan dalam rangka mewujudkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Masyarakat yang berfokus pada Kegiatan pembuatan pupuk organik khususnya trichokompos.
Kelompok Tani Sion merupakan salah satu kelompok tani di Desa Oelbubuk yang beranggotakan 20 orang dari 10 kepala keluarga seluruh anggotanya aktif.
Foto: Salah satu lahan petani di Dusun Upan |
Umumnya anggota kelompok ini membudidayakan tanaman hortikultura pada musim kemarau dan pada musim hujan membudidayakan jagung dan ubi-ubian. Pada musim kemarau, petani memanfaatkan sumber mata air Upan yang jaraknya 50 meter di sekitar lokasi penanaman. Jenis komoditi hortikultura yang dibudidayakan adalah jeruk, apel, labu siam, petsai, kubis, wortel, tomat, terung, bawang merah, bawang prei, dan cabai.
Melalui rilis kepada media ini hasil survei yang dilakukan tim pada awal Maret 2022, disimpulkan bahwa petani umumnya tidak/jarang memberikan pupuk pada tanamannya. Kalaupun ada pemupukan, biasanya menggunakan pupuk kimia/sintetis. Padahal penggunaan pupuk sintetis secara terus menerus dan berlebihan, dapat mencemari lingkungan dan juga berbahaya bagi makhluk hidup. Para petani/anggota kelompok tani juga belum memahami manfaat pupuk organik bagi tanaman dan lingkungan.
Untuk mengatasi hal ini, maka pupuk organik perlu ditingkatkan penggunaannya termasuk mendorong petani agar memakai pupuk organik. Penggunaan pupuk organik oleh masyarakat/petani selain dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan tanaman yang lebih sehat juga bisa mengurangi pengeluaran petani untuk membeli pupuk anorganik/pupuk kimia. Salah satu jenis pupuk organik yang dikenalkan pada kelompok tani pada kegiatan PKM ini adalah trichokompos.
Trichokompos merupakan salah satu bentuk pupuk organik kompos yang mengandung jamur antagonis Trichoderma sp. Trichoderma yang terkandung dalam kompos ini berfungsi sebagai dekomposer bahan organik dan sekaligus sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk patogen tular tanah seperti: Sclerotium sp., Pythium sp., Fusarium sp., Phythoptora sp. dan Rhizoctonia sp.
Foto : Mahasiswa sedang mencampur trichokompos |
Kegiatan PKM ini dilakukan dengan dua tahap yaitu penyuluhan dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab/diskusi dan demplot atau praktek langsung. Materi penyuluhan disampaikan oleh alumni Agroteknologi dan mahasiswa didampingi tim dosen. Materi penyuluhan berupa: (1) manfaat dari tanaman organik, kelebihan dan kelemahan pupuk kimia, serta kelebihan dan kelemahan dari pupuk organik, disampaikan oeh oleh mahasiswa: Lazarus Snae dan Jordi D Nope); (2) budiaya tanaman sehat, disampaikan oleh oleh mahasiswa: Jordan Kurnia Nomleni dan Narsisius Jugat); (3) pengendalian terpadu hama dan penyakit tanaman, disampaikan oleh mahasiswa: Juliasti W Sunbanu dan Safronius Aristo Nancak); (4) cara sederhana mendapatkan dan mengembangkan Trichoderma dari alam (oleh alumni: Saptarina Sulla, SP; dan Guria Robinson Seo, SP). Setelah pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan praktik pembuatan trichokompos dan pengenalan hama dan penyakit tanaman. Praktik pembuatan trichokompos dipandu oleh mahasiswa atas nama Noni Juniati Oematan dan Kartini Mayansari Kamlasi. Praktik pengenalan hama dan penyakit tanaman dipandu oleh alumni Alexander Sai, SP, dan mahasiswa Oktavioanus Agut. Bahan-bahan pembuat trichokompos seperti serasah tananam/daun kering, daun-daun hijau, pupuk kandang disiapkan oleh petani dan mahasiswa. Semua peserta aktif terlibat dalam pembuatan trichokompos dan pengenalan hama dan penyakit pada tanaman mereka yang ada saat ini yaitu jeruk, cabai, wortel, bawang prei, dan sawi.
Dalam sesi tanya jawab yang dipandu oleh Mario Kune, SP, tim dosen menyatakan pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan atau hewan yang telah terdekomposisi. Kelebihan dari pupuk organik adalah lebih murah dibandingkan dengan pupuk kimia, bahan baku mudah didapatkan karena tersedia di alam, meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan keanekaragaman hayati, mendukung pertumbuhan mikrob rhizosfir berguna, meningkatkan struktur dan kelembaban tanah, serta meningkatkan produksi pertanian baik dari sisi kualitas dan kuantitas. Produk pertanian dengan menggunakan pupuk organik lebih aman dan sehat untuk dikonsumsi. Berdasarkan kelebihan pupuk organik dan kelemahan dari pupuk anorganik maka terjadi kecenderungan peningkatan penggunaan pupuk organik pada kegiatan budidaya pertanian baik pada tanaman padi, palawija, maupun hortikultura.
Ketua Kelompok, Demsi Talak mengatakan bahwa semua anggota kelompok taninya belum banyak mengetahui dan membuat pupuk organik, sehingga kegiatan PKM ini sangat membantu masyarakat untuk dapat membuat pupuk sendiri dari limbah dapur dan dedaunan/kotoran ternak yang ada di sekitarnya. Pupuk organik juga dapat mengurangi sampah serta mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia.
Untuk membantu petani membuat trichokompos, mahasiswa juga membagikan biakan Trichoderma dalam media jagung dan beras kepada petani. Dalam pelaksanaan PKM ini, tim dosen juga melakukan sosialisasi tentang Faperta Undana, khususnya program studi Agroteknologi dan semua laboratorium yang ada di Faperta. Tim dosen juga menambahkan bahwa isolat murni jamur antagonis Trichoderma spp. maupun biakan Trichoderma siap pakai yang telah disimpan dalam media padat dan cair dapat diperoleh dari Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Faperta Undana.
Foto : Hama dan penyakit yang ditemukan pada tanaman jeruk dan apel |