OMICRON DAN MASA DEPAN_KAPAN MUTASI VIRUS AKAN BERAKHIR?
Opini Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Oleh Jean Evalyne Dami
Omicron sudah terdeteksi di beberapa negara sejak pertama kali ditemukan di Benua Afrika. Varian ini disebut sebagai salah satu yang sangat cepat dalam menularkan virus, Varian Omicron memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan. WHO menjelaskan bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini, dibandingkan dengan Variant of Concern (VOC) lainnya, berdasarkan bukti-bukti yang sudah ada, WHO menetapkan varian Omicron sebagai VOC. VOC diartikan sebagai varian virus Corona yang menyebabkan peningkatan penularan serta kematian dan bahkan dapat mempengaruhi efektivitas vaksin, karena Omicron memiliki jumlah mutasi spike yang tidak pernah terjadi sebelumnya, beberapa di antaranya mengkhawatirkan karena dampak potensial mereka pada arah pandemic.
Varian Omicron memiliki sekitar 30 mutasi yang terjadi pada protein spike. Bagian virus yang menyerupai tonjolan paku ini digunakan virus untuk mengikat sel pada tubuh manusia. Kedaruratan Omicron adalah satu lagi pengingat bahwa meskipun banyak yang berpikir kita sudah selesai dengan Covid-19, ia belum selesai dengan kita, sejauh mana pengaruhnya pada vaksin ? Kemunculan varian Omicron membawa kekhawatiran pada kinerja vaksin yang selama ini sudah disuntikkan pada masyarakat. Ada kemungkinan, nilai kemanjuran vaksin sudah tidak ada lagi ketika orang terinfeksi Omicron, atau sebaliknya. Sejauh ini masih belum diketahui apakah protein spike pada omicron ini akan mempengaruhi kinerja vaksin. Kenapa varia baru Covid-19 terus ada? varian baru terus bermunculan dengan mutasinya dikarenakan cakupan vaksinasi yang rendah. Dalam rendahnya tingkat vaksinasi, ada peluang bagi virus untuk membentuk varian baru.
Bagaimana dengan masa depan kita jika varian Covid-19 terus ada ? Apa langkah yang diambil pemerintah? Menkes mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik dan tetap tenang, serta terus tegakkan protokol kesehatan atau 3M, kedua adalah surveilans atau 3T atau isolasi, ketiga adalah vaksinasi, yang keempat adalah terapeutik atau perawatan, Menkes menekankan pentingnya disiplin dalam penerapan protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) untuk menekan penularan virus COVID-19, menjaga Imun tubuh dengan mengosumsi makanan yang sehat bergizi serta pola hidup sehat. Menkes juga mengimbau masyarakat untuk terus disiplin dalam menggunakan aplikasi PeduliLindungi. 98% kasus Omicron di Indonesia terjadi pada pelaku perjalanan internasional. Oleh karena itu, pemerintah akan memperketat karantina pelaku perjalanan tersebut, dan mafaatnya menunjukkan bahwa sistem pertahanan kita atas kedatangan varian baru cukup baik, perlu kita perkuat. Jadi wajar kalau harus stay 10 hari di karantina. Tujuannya bukan untuk mempersulit orang yang datang, tapi melindungi seluruh masyarakat Indonesia. Selain penegakan protokol kesehatan dan memperketat karantina, pemerintah juga memperkuat surveilans atau deteksi dengan memperbanyak peralatan tes PCR yang dapat mengidentifikasi varian Omicron, di samping itu, pemerintah juga memperkuat surveilans dengan memperbanyak peralatan genome sequencing sebanyak 15 unit yang akan disebar ke berbagai wilayah di tanah air.
Kapan mutase virus akan berakhir ? menurut Prof Prof Kadek Mahardika mengatakan virus akan bermutasi "selamanya". Namun, ia menekankan kembali bahwa potensi mutasi virus mengarah pada lebih ganas dan menjadi kurang ganas. Jika ditemukan bahwa mutasi ini membuat virus menjadi kurang ganas, ini bisa jadi penanda berakhirnya pandemi Covid-19. Ia menyandingkan kasus Covid-19 dengan Flu Spanyol. 100 tahun yang lalu, pandemi Spanyol berakhir karena mutasi virus. Jadi virusnya menjadi musiman. Jika benar, ini tanda akhir pandemi, persis terjadi 100 tahun lalu.